Sabtu, 06 Juni 2015

Pertemuan ke 4



Hari Selasa, Tanggal 2 Juni 2015 Merupakan pertemuan terakhir kami dalam final project CB Interpersonal Development.Sebelum kami mendatangi mas ajat, Kami berbelanja untuk mengganti peralatan kerja mas ajat yang sudah tak layak pakai. sekitar pukul 17.30 kami baru selesai membeli peralatan untuk menggantikan peralatan mas ajat. pada jam 19.00 kami mendatangi mas ajat dan memberikan barang barang berupa toples baru, kain karpet untuk menutupi meja, menu baru dll.
Dihari ini yang bertepatan dengan Hari Raya Waisak, mas ajat tetap membuka warungnya. Meskipun dikalender adalah tanggal merah, tetapi Pak Ajat masih membuka warung es Sinar Garut miliknya. Mas ajat membuka warung esnya dikarenakan kebutuhan akan kekurangan penghasilan. pada hari itu mas ajat juga senang ketika kami mendatanginya dan memberikan peralatan kepadanya.
Berikut ini adalah rincian biaya bantuan yang telah kami berikan untuk Usaha Kecil milik Pak Ajat :


Talenan (1) : Rp35.000,-
Pisau (1) : Rp15.000,-
Toples (2) : Rp20.000,-
Teko (1) : Rp18.000,-
Taplak Meja : Rp20.000,-
Kain untuk spanduk : Rp220.000,-
Laminating Menu : Rp9.000,-
Biaya Sablon : Rp50.000,-
Total : Rp387.000,-


Setelabh memberikan peralatan, kami tidalng langsung pulang. kami masih membantu mas ajat berjualan. namun pada hari itu warung mas ajat tidak lah ramai seperti kemarin. Saat setelah kami akan pulang. Mas Ajat berterima kasih kepada kami karena membantu mas ajat dalam berjualan serta memberikan cara cara membersihkan tempatnya. Kami sangat bersyukur bertemu dengan mas ajat, karena dia orang yang ramah dan cepat akrab. Mas Ajat juga sangat pekerja keras demi kebutuhan anak dan istrinya. bermu Mas Ajat membuat pelajarn baru kepada kami. dan Mas Ajat akan mempraktekan informasi tentang kebersihan yang kami ajarkan kepadanya agar lebih higienis.


Salam terakhir dari kami
 Semoga Mas Ajat dapat meraih keinginannya untuk menyewa tempat jualan tetap, dan membuka cabang dari warung es Sinar Garut. Sampai jumpa Mas Ajat....












































pertemuan ke 3

Jumat 29 MEi 2015 17.00 WIB. kami kembali mengunjungi warung es sinar garut milik mas ajat. hari itu seperti baisa kami membantu ia berjualan. kami membuat es seperti biasa. dan tidak hanya duduk diam kami juga menawarkan orang orang yang lewat untuk mampir ke warung es mas ajat dan memesan es tersebut. al hasil, orang orang yang kami tawarkan datang dan membuat banyak sekali pembeli di hari itu. sebelum itu kami mensosialisasikan tentang kebersihan kebersihan yang ada selagi berjualan. untuk mencuci atau mengelap tangan sehabis menerima uang atau memberikan uang kembalian serta cara yang baik untuk membersihkan meja , piring dan mangkuk. Pada hari tersebut kami bertemu dengan istri mas ajat yang ditemani saudaranya untuk mengunjungi warung jualan milik mas ajat. Pada hari itu kami merasakan perkembangan yang jauh lebih baik dari hari kemarin, dikarenakan peembeli yang datang cukup banyak dan kami juga kedatangan istri mas ajat dan anak mas ajat yang berumur 1.5 tahun. Kami sangat senang melihat hal tersebut. Kami berharap semoga warung Pak Ajat akan lebih ramai lagi. Agar dapat membantu peningkatan ekonomi di keluarga beliau juga.









Pertemuan ke 2



Hari Selasa, 26 mei 2015 kami kembali mengunjungi warung es Pak Ajat. Pada hari ini kami datang untuk membantu pak ajat berjualan. mengantarkan pesanan es, membantu membuatkan es yang pembeli pesen. Sinar Garut buka dari jam 17.00 WIB - 01.00 WIB. Selain membantu berjualan kami juga membicarakan tentang masalah apa yang mas ajat hali selama ia berjualan. karena mas ajat tinggal dikontrakan dan dia menitipkan gerobak esnya di bengkel area binus dengan biaya 350rb / 2 bulan. ia mengalami kendala yang sama pada tiap harinya untuk mendorong gerobak, cabut pasang meja dll. Ia berharap jika ia memiliki penghasilan yang banyak ia akan membuka cabang sinar garut lagi. Selain itu mas ajat tidak kesusahan dengan berjualan sendiri. dikarenakan pedagang yang tidak terlalu ramai. mungkin kata dia jika ramai dia akan membutuhkan tenaga tambahan. Saking keasikan ngobrol dan bantu mas ajat berjualan tak terasa waktu menunjukan pukul 21.0 WIB. dan waktunya kami berpamitan kepada mas ajat untuk pulang.













Pertemuan Pertama



Pada hari senin, 25 mei 2015 tepatnya pukul 17.30 WIB tim kami melakukan survey di daerah sekitar binus square untuk mencari pedagang kaki lima. di hari tersebut sekitar 5 pedagang yang kami datang, dan kami menemukan satu diantaranya yang menurut kami layak untuk mendapatkan bantuan dan sosialisasi. pedagang es tersebut ialah Pak Ajat. warung es tersebut dinamakan "ES SINAR GARUT" dengan alasan karena ia berasal dari daerah garut. Pak Ajat sudah 5 tahun berjualan di daerah sekitar Binus Square. Pak Ajat pernah berjualan di area Cuci mobil KCM selama 2 tahun dan sudah berjalan 3 tahun di area Binus Square. Sebelum berbincang bincang kami memesan es terlebih dahulu. harga es yang pak ajat jual cukup terjangkau untuk kantong kantong mahasiswa, dari harga Rp 3000 hingga Rp12.000. Menu yang tersedia juga beragam, dan rasa es tersebut dikatakan cukup enak. hanya saja beberapa alat yang Pak ajat gunakan kurang layak pakai. Air pun terlihat terbatas dan tidak dapat dijamin kebersihannya. Kami bertanya mengenai air dan ia mengatakan ia mengambil air di sebuah tempat tidak jauh dari tempat ia berjualan. Beliau masih menggunakan peralatan yang tradisional untuk membuat es campur, yaitu dengan es batu yang diletakkan dan diparut di sebuah papan yang difungsikan sebagai alat parut es. Pak Ajat kini berusia 35 tahun, sudah memiliki seorang istri dengan 3 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah: Kelas 9; kelas 4; dan yang paling bungsu masih 1,5 tahun. Pak ajat bertempat tinggal di kontrakan sekitar daerah tempat ia berjualan. Ia tinggal sendirian dan apak ajat berjauhan dengan istri dan anak-anaknya. Istri dan anak-anaknya tinggal di rumah orang tuanya di daerah Jakarta Timur. Beliau memberi alasan mengapa ia harus memilih jalan untuk tinggal berjauhan dengan anak dan istrinya, karena mengingat ia belum mampu untuk membeli tempat tinggal, maka istri dan anak-anaknya harus tinggal di rumah orang tuanya. Pak ajat pun mengaku terpaksa harus berjauhan dengan anak anaknya dan istrinya supaya ia dapat mencari nafkah dengan berjualan disekitar Binus Square. Namun semakin hari daganganya semakin sepi. pak ajat pun merasa khawatir tentang pembelinya. dengan senyuman ramah ia menjabat tangan kami. dan merasa terbantu dengan kami mengungjung i warung esnya