Sabtu, 06 Juni 2015

Pertemuan Pertama



Pada hari senin, 25 mei 2015 tepatnya pukul 17.30 WIB tim kami melakukan survey di daerah sekitar binus square untuk mencari pedagang kaki lima. di hari tersebut sekitar 5 pedagang yang kami datang, dan kami menemukan satu diantaranya yang menurut kami layak untuk mendapatkan bantuan dan sosialisasi. pedagang es tersebut ialah Pak Ajat. warung es tersebut dinamakan "ES SINAR GARUT" dengan alasan karena ia berasal dari daerah garut. Pak Ajat sudah 5 tahun berjualan di daerah sekitar Binus Square. Pak Ajat pernah berjualan di area Cuci mobil KCM selama 2 tahun dan sudah berjalan 3 tahun di area Binus Square. Sebelum berbincang bincang kami memesan es terlebih dahulu. harga es yang pak ajat jual cukup terjangkau untuk kantong kantong mahasiswa, dari harga Rp 3000 hingga Rp12.000. Menu yang tersedia juga beragam, dan rasa es tersebut dikatakan cukup enak. hanya saja beberapa alat yang Pak ajat gunakan kurang layak pakai. Air pun terlihat terbatas dan tidak dapat dijamin kebersihannya. Kami bertanya mengenai air dan ia mengatakan ia mengambil air di sebuah tempat tidak jauh dari tempat ia berjualan. Beliau masih menggunakan peralatan yang tradisional untuk membuat es campur, yaitu dengan es batu yang diletakkan dan diparut di sebuah papan yang difungsikan sebagai alat parut es. Pak Ajat kini berusia 35 tahun, sudah memiliki seorang istri dengan 3 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah: Kelas 9; kelas 4; dan yang paling bungsu masih 1,5 tahun. Pak ajat bertempat tinggal di kontrakan sekitar daerah tempat ia berjualan. Ia tinggal sendirian dan apak ajat berjauhan dengan istri dan anak-anaknya. Istri dan anak-anaknya tinggal di rumah orang tuanya di daerah Jakarta Timur. Beliau memberi alasan mengapa ia harus memilih jalan untuk tinggal berjauhan dengan anak dan istrinya, karena mengingat ia belum mampu untuk membeli tempat tinggal, maka istri dan anak-anaknya harus tinggal di rumah orang tuanya. Pak ajat pun mengaku terpaksa harus berjauhan dengan anak anaknya dan istrinya supaya ia dapat mencari nafkah dengan berjualan disekitar Binus Square. Namun semakin hari daganganya semakin sepi. pak ajat pun merasa khawatir tentang pembelinya. dengan senyuman ramah ia menjabat tangan kami. dan merasa terbantu dengan kami mengungjung i warung esnya















Tidak ada komentar:

Posting Komentar